Dr. H. Teuku Zulkhairi [Humas PB HUDA]
Dr. H. Teuku Zulkhairi [Humas PB HUDA]
Online
Assalamu'alaikum Wr Wb. 👋
Ada yang bisa dibantu saudaraku?

Membongkar Propaganda Terselubung Anti-Arab: Siapa Sebenarnya Musuh Kita?

Membongkar Propaganda Terselubung Anti-Arab, Siapa Sebenarnya Musuh Kita?

  • Diposting oleh : Hamba Allah
  • pada tanggal : Agustus 14, 2024
Tgk Mustafa Husen Woyla

Oleh Tgk Mustafa Husen Woyla*

Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat adanya gelombang opini yang mencoba menggiring masyarakat Indonesia untuk bersikap anti-Arab, bahkan anti terhadap komunitas Habib yang secara tradisional dikenal sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Ini adalah fenomena yang cukup mengkhawatirkan, terutama ketika kita melihat bahwa kampanye semacam ini sering kali berkedok pada isu-isu yang lebih luas seperti nasionalisme atau modernisasi. Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah: Mengapa fokus kebencian ini diarahkan kepada Arab dan bukan kepada negara-negara yang secara historis menjajah Indonesia?

Sejarah Panjang Penjajahan di Indonesia

Sejarah penjajahan di Indonesia seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua tentang siapa yang sebenarnya telah memberikan dampak buruk secara langsung kepada bangsa kita. Lima negara besar, yaitu Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang, semuanya pernah menjajah Indonesia dengan berbagai bentuk penindasan, eksploitasi, dan perampasan kekayaan alam.

Portugis, sebagai penjajah pertama yang masuk ke Indonesia pada awal abad ke-16, memulai era perdagangan rempah-rempah dengan kekerasan dan penindasan. Mereka menduduki Malaka pada tahun 1511 dan mendirikan benteng di beberapa wilayah Maluku. Portugis mungkin tidak meninggalkan jejak panjang di Indonesia, namun kehadiran mereka merupakan awal dari babak kelam penjajahan bangsa Eropa di Nusantara.

Belanda, yang menjajah Indonesia selama lebih dari 300 tahun, adalah penjajah yang paling lama dan paling mengakar dalam sejarah kita. Mereka membangun sistem kolonial yang sangat menindas, mengekploitasi sumber daya alam kita, dan memperlakukan rakyat Indonesia sebagai warga kelas dua di tanah air mereka sendiri. Ketika kita bicara tentang penderitaan dan perjuangan panjang untuk kemerdekaan, nama Belanda tidak bisa dilepaskan dari narasi tersebut.

Jepang, yang mengambil alih Indonesia selama Perang Dunia II, mungkin memiliki periode penjajahan yang lebih singkat, tetapi kejamnya tidak kalah dari penjajah Eropa. Pendudukan Jepang ditandai dengan kerja paksa (romusha), kelaparan, dan penindasan yang membuat rakyat Indonesia semakin sengsara.

Namun, di tengah memori kolektif yang penuh dengan kisah penjajahan ini, mengapa kini ada upaya untuk menggiring kebencian terhadap Arab dan Habib, yang pada kenyataannya tidak pernah menjajah Indonesia? Mengapa sentimen anti-Arab ini tampaknya semakin tumbuh subur di berbagai lapisan masyarakat kita?



Propaganda dan Perpecahan

Penting untuk memahami bahwa gelombang anti-Arab ini bukan muncul secara alami, melainkan dipicu oleh propaganda yang terorganisir dengan baik. Di balik propaganda ini, kita dapat menduga adanya agenda untuk memecah belah umat Islam di Indonesia dengan memanfaatkan isu etnis dan agama. Arab, dalam hal ini, digunakan sebagai kambing hitam yang mewakili Islam dalam bentuk yang lebih spesifik.

Namun, yang lebih berbahaya adalah upaya untuk menciptakan kebencian ini bisa jadi adalah bagian dari agenda yang lebih besar untuk melemahkan kekuatan Islam di Indonesia. Dengan menciptakan citra negatif terhadap Arab dan Habib, ada kemungkinan bahwa yang menjadi target sebenarnya adalah Islam itu sendiri. Dalam konteks ini, Arab hanya menjadi wajah dari Islam yang mudah diserang, sementara agama Islam yang lebih luas menjadi sasaran akhir dari propaganda ini.

Jika kita melihat lebih dalam, kita akan menemukan bahwa kampanye anti-Arab sering kali berselimutkan isu-isu lain, seperti modernisasi, kebebasan beragama, dan nasionalisme. Namun, isu-isu ini sering kali digunakan sebagai alasan untuk memojokkan dan mendiskreditkan komunitas Arab dan Habib, yang sebetulnya memiliki sejarah panjang dalam penyebaran Islam di Nusantara dan kontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia.



Kontribusi Arab dalam Sejarah Indonesia

Peran komunitas Arab dalam sejarah Indonesia sebenarnya sangat besar. Mereka tidak hanya berperan dalam penyebaran Islam, tetapi juga dalam berbagai aspek sosial, budaya, dan bahkan politik di Indonesia. Banyak tokoh-tokoh Arab yang turut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Mereka mendirikan lembaga pendidikan, mengembangkan perdagangan, dan berpartisipasi dalam perjuangan melawan penjajah.

Para Habib, khususnya, dikenal sebagai pemimpin agama yang menjadi jembatan antara tradisi Islam dan masyarakat lokal. Mereka mengajarkan nilai-nilai keislaman yang adaptif dengan budaya Nusantara, sehingga Islam bisa diterima dan tumbuh subur di Indonesia. Bahkan, banyak dari mereka yang turut serta dalam perjuangan fisik melawan penjajah, baik Belanda maupun Jepang.

Maka, tidaklah adil jika kita kemudian mengabaikan jasa mereka dan justru terprovokasi oleh isu-isu yang mengarahkan kita untuk bersikap anti-Arab atau anti-Habib. Kita harus waspada bahwa kebencian semacam ini hanya akan menguntungkan mereka yang ingin melihat umat Islam terpecah dan lemah.


Mengarahkan Kebencian pada Penjajah yang Sesungguhnya

Alih-alih digiring untuk membenci Arab dan Habib, kita seharusnya mengarahkan fokus kita pada sejarah panjang penjajahan oleh negara-negara Eropa dan Asia yang pernah menguasai dan mengeksploitasi bangsa ini. Penjajahan oleh Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi rakyat Indonesia, dan jejak sejarah ini tidak boleh dilupakan begitu saja.



Kita harus mengingatkan diri kita dan generasi muda bahwa negara-negara inilah yang sebenarnya telah merampas kekayaan, menindas, dan memperbudak nenek moyang kita. Kebencian kita, jika memang harus ada, seharusnya diarahkan kepada penjajah yang sebenarnya, bukan kepada kelompok yang tidak pernah memiliki sejarah penindasan terhadap Indonesia.

Selain itu, penting juga untuk menilai isu ini dengan kepala dingin dan tidak terpengaruh oleh narasi yang mencoba menciptakan permusuhan antar kelompok agama dan etnis. Kita perlu menjaga persatuan dan memahami bahwa musuh terbesar kita bukanlah sesama Muslim atau sesama anak bangsa, melainkan pihak-pihak yang ingin memecah belah dan melemahkan Indonesia dari dalam.

Simpul kata, Opini yang berkembang di masyarakat saat ini, yang mengarahkan kebencian kepada Arab dan Habib, perlu kita kritisi dengan cermat. Sebagai bangsa yang pernah dijajah selama ratusan tahun, kita harus paham siapa sebenarnya yang menjadi musuh dalam sejarah kita. Jangan sampai kita terprovokasi untuk membenci saudara seiman atau kelompok yang memiliki kontribusi besar dalam sejarah Indonesia. Yang seharusnya kita lawan adalah narasi-narasi yang mencoba memecah belah persatuan bangsa dan melemahkan Islam di Indonesia. Semoga kita semua bisa lebih bijak dalam menyikapi isu-isu yang beredar dan tetap berpegang teguh pada persatuan dan kebersamaan, demi Indonesia yang kuat dan bersatu. [Email: risalahbuyawoyla3@gmail.com]

* Penulis adalah Ketua DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah ISAD Aceh, Wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee dan Pengamat Bumoe Singet 


WA : 082316610330

Berbagi

1 komentar

  1. Hamba Allah
    mencerahkan...