Dr. H. Teuku Zulkhairi [Humas PB HUDA]
Dr. H. Teuku Zulkhairi [Humas PB HUDA]
Online
Assalamu'alaikum Wr Wb. 👋
Ada yang bisa dibantu saudaraku?
  • Diposting oleh : Admin
  • pada tanggal : Agustus 02, 2013


Oleh Teuku Zulkhairi

SECARA historis, gerakan santri dayah di Aceh tidak bisa dipisahkan dari berbagai kisah tentang kebesaran Aceh di masa lalu. Santri Aceh telah memberikan andil besar dalam berbagai proses konstruksi Aceh. Dengan dayah yang mengayominya, para santri menjadi benteng Aceh dari penetrasi penjajahan asing, baik penjajahan sosial budaya maupun penjajahan secara militer.

Santri juga memiliki andil besar dalam membangun nasionalisme keacehan dalam bingkai keislaman dalam upaya mengusir para penjajah. Artinya, kekuatan santri Aceh dalam peta gerakan di Aceh khususnya dan tanah air umumnya sangatlah diperhitungkan.

Dewasa ini, meskipun potensi yang dimiliki oleh santri Aceh selama ini dinilai banyak kalangan masih belum tereksplorasi dan termanfaatkan dengan baik dalam membangun bangsa, dan meskipun keberadaan dayah cenderung dianggap sebagai lembaga pendidikan nomor dua, namun kiprah dan pasrtisipasi santri dayah Aceh dewasa ini terus mengalami perkembangan yang signifikan.


 Melakukan ekspansi
Kiprah mereka tidak kalah pentingnya dengan eksistensi para mahasiswa dan kalangan perguruan tinggi lainnya. Seiring waktu, santri dayah terus melakukan ekspansi ke berbagai tatanan kehidupan. Mereka tidak lagi hanya sekedar pembela atau pejuang syari’at yang hanya berbicara di sarangnya saja, tapi juga telah melakukan ekspansi ke berbagai institusi lainnya.

Umumnya, santri Aceh dewasa ini tidak lagi berkutat dalam masalah-masalah fiqhiyah yang bersifat furu’iyah. Berbagai persoalan penting telah menjadi kajian intens mereka untuk turut serta menyelesaikannya. Banyak santri dayah yang kini berkecimpung di luar kehidupannya, yaitu dalam gerakan-gerakan sosial, budaya, ekonomi dan politik yang sebelumnya tabu bagi mereka. Banyak santri dari dayah kini telah menjelma menjadi tokoh-tokoh penting dalam dinamika perubahan di Aceh.

Hal itu yang membuktikan bahwa santri Aceh dengan dayah-dayah sebagai lembaga pendidikan tradisional telah mampu memainkan peran sentralnya dalam dinamika perubahan Aceh ke arah yang lebih baik. Bahkan, kiprah dan peran santri dayah kini juga telah mampu menjangkau perguruan tinggi. Jadi, jika ada yang mengatakan gerakan santri dayah masih stagnan, maka ini tidak benar. Santri Aceh telah lama keluar dari sarangnya untuk menyongsong perubahan Aceh dengan cara-cara yang spektakuler.

Salah satu buktinya nyata wujud partisipasi santri Aceh dalam menyongsong perubahan di Aceh dewasa ini adalah munculnya berbagai ormas santri yang berbasis dayah. Salah satu organisasi santri terbesar di Aceh saat ini adalah Rabithah Thaliban Aceh (RTA). Munculnya RTA yang diinisiasi oleh Tu Bulqaini dan kawan-kawan beliau dari dayah, pascakelahiranya telah melakukan ragam partisipasi dalam upaya pembangunan Aceh. Baik di era perjuangan Aceh menunut haknya dari pemerintah pusat, hingga dewasa ini dengan melakukan berbagai aksi sosial kemasyarakatan. Bahkan, RTA telah ‘menelurkan’ tokoh-tokoh Aceh yang saat ini yang memegang peranan penting dalam dinamika perubahan di Aceh.

 Tokoh penting
Selain misalnya Tgk H Faisal Ali, yang merupakan pimpinan RTA kedua pasca Tu Bulqaini, dimana saat ini beliau bisa dianggap telah menjadi salah satu tokoh penting Aceh, kita juga mengenal sosok-sosok lainnya seperti Tgk Akmal Abzal yang menjadi anggota KIP yang dikenal secara luas di Aceh, Tgk Asqalani di Panwaslu Aceh, dan sebagainya.

Di balik itu, peran serta kader-kader RTA lainnya sesungguhnya terletak pada aksi sosial mereka yang selama ini di luar ekspos media. Partisipasi mereka dalam upaya mendidik umat sesungguhnya merupakan kerja besar walaupun cenderung dianggap kecil.

Selain RTA yang bisa dikatakan sebagai organisasi induk, para santri Aceh juga mendirikan banyak Ormas lainnya yang fokus ke berbagai aspek perubahan. Misalnya, Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA) yang bergerak di bidang penulisan. Rabithah Muta’allimin Pidie (RAMPI) di Pidie yang juga aktif terjun ke masyarakat, baik dengan begitu juga organisasi alumni dayah lainnya yang tersebar di hampir setiap kabupaten dan kecamatan di Aceh.

Transformasi paling heroik santri dayah dewasa ini adalah ekspansi mereka ke berbagai perguruan tinggi. Saat ini santri-santri Aceh sudah banyak yang bergelar sarjana, master dan bahkan doktor. Contoh nyata yang bisa terlihat nyata adalah lahirnya Perguruan Tinggi Islam STAI Al-Aziziyah Samalanga yang ditopang oleh para santri. Kampus ini kini semakin menjadi lembaga pendidikan favorit. Setiap tahun para pelamar dikhabarkan semakin ‘membludak’. Para pengajar di kampus ini adalah para santri yang telah memiliki standar keilmuan dan gelar akademik yang bisa dibanggakan.

Ekspansi santri dayah ke dunia politik, meskipun masih menjadi perdebatan di sebagian kalangan dayah sendiri, namun demikian juga memberi efek positif. Bagaimanapun, santri Aceh yang terlibat dalam partai politik bisa belajar banyak tentang dunia politik. Adanya kelemahan-kelemahan dan kekurangan mereka dalam membaca arus dan dinamika politik akan semakin mengajarkan mereka bahwa politik adalah kerja paling menantang dimana mereka seharusnya tidak boleh menjadi pecundang.

 Semakin lengkap
Dinamika dalam dunia politik akan semakin menyadarkan mereka bahwa pekerjaan di bidang politik sesungguhnya menuntut mereka untuk mengkaji secara serius berdasarkan perspektif Islam. Pada akhirnya, paradigma gerakan menuju perubahan mereka akan semakin lengkap. Dunia politik, bagaimana merupakan sebuah lading amal yang paling menantang mengingat minimnya para elite politik yang selama betul-betul berhasil dalam menjalankan etika politik Islam.

Dengan berkecimpungnya mereka dalam dunia politik, minimal mereka semakin sadar bahwa politik itu bukan sesuatu yang harus ditakuti dan lari darinya, tapi sesuatu yang harus ditaklukkan untuk kepentingan agama. Bahkan, saat ini salah seorang pimpinan dayah di Bireuen, Tgk HM Yusuf A Wahab sedang menyusun buku: “Integrasi Moral Islam dalam Politik” yang mana gagasan ini tentu saja muncul atas keprihatinan beliau tentang wajah ideal politik dalam pandangan Islam yang harus diaplikasikan oleh seorang politisi muslim. Ini tentu-tentu perkembangan yang luar biasa.

Dengan berbagai realitas ini, peran santri dayah hari ini tidak bisa dipandang lagi dengan sebelah mata. Peran dan partisipasi ini merupakan implementasi dari spiritualitas, intelektualitas dan moralitas yang dimiliki oleh kaum santri yang sedang menuju fase kebangkitan luar biasa. Insya Allah. Wallahu a’lam bishshawab.

* Teuku Zulkhairi, MA, Ketua Departemen Riset dan Pengembangan Organisasi Rabithah Thaliban Aceh (RTA), dan Pengurus Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA).

http://aceh.tribunnews.com/2012/10/18/kebangkitan-santri-aceh

Berbagi

Posting Komentar